Nak, jangan jadikan perbedaan itu masalah ya ..

Pertengahan tahun ini, Fauzan mulai masuk TK. Awalnya Ibu bingung, mau dimasukin kemana. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Fauzan masuk di TK milik yayasan Persit Kartika Candra, ngga terlalu jauh dari rumah. Pulang pergi bisa jalan kaki, ngga sampai 15 menit.

Disini, Fauzan banyak ketemu teman yang berbeda keyakinan, beda suku juga. Ngga hanya muslim, ada juga Nasrani (Protestan, Advent, Katholik). Ngga hanya suku Sunda atau Jawa, tapi juga suku Batak, Dayak, Melayu Deli, ada juga yang dari Papua, meski memang sebagian besar muslim dan berasal dari suku Sunda.

Bagus juga sih kalo kata Ibu, biar Fauzan dari kecil bisa melihat banyak hal, bisa menerima bahwa berbeda itu biasa, berbeda bukan halangan untuk tetap berteman dan bermain bersama. Tapi bukan berarti bisa memaksakan kehendak lho ...

Lagian juga ya, anak-anak, mana ngerti, mau beda keyakinan kek, beda suku kek, tetep asik aja main rame-rame. Kalo toh berselisih paham, gak lama udah baikan lagi, udah main bareng lagi. Gara-garanya juga palingan soal maenan, atau hal-hal kecil lainnya.

Emang sih, kadang ada pertanyaan dari Fauzan, kok temennya ada yang ngga harus ngaji seperti dia, ngga harus shalat 5 waktu. Nah, tanggung jawab ibu dan bapak nih buat nerangin. Dengan bahasa sederhana yang bisa dia mengerti.

Ibu emang ngga pengen Fauzan hidup dengan mempermasalahkan perbedaan (keyakinan, suku bangsa, pendidikan, status ekonomi, dll). Biar dia bisa menerima semua itu sebagai anugerah, bisa bergaul dengan siapa aja, biar hidupnya nanti ngga cuman satu warna. Tuhan menciptakan banyak warna itu kan buat di nikmati, di syukuri. Lihat deh tumpukan kain di toko, kalo cuma sewarna kan ngga menarik pembeli. Juga lihat pelangi, indah karena warna warni.

Nak, jangan jadikan perbedaan sebagai masalah ya ... dibalik perbedaan, pasti ada satu persamaan yang membuatmu bisa menerima siapapun atau apapun itu.